Minggu, 16 Desember 2012

for D


Hai Yui.. bgaimana kabarmu?
msh maukah kau mndengarkan cerita ku?

Aku merasa bersalah padamu, karena hanya bercerita saat aku sedang dilanda masalah, atau saat aku sedang merasa kacau.
Tapi lagi2 aQ bercerita padamu saat aku sedang memiliki masalah. Saat ini misalnya..

Jam di laptopku menunjukkan pukul 11.28, tinggal 32 menit lagi mnuju pukul 00.00.
Aku masih belum bisa tidur, rasa nya mataku tak akan bisa menutup karena memikirkan sesuatu yang baru saja aku alami.

Yui, aku bingung bagaimana harus memulai nya.
Kisah ini begitu rumit utk aku ceritakan. Dapatkah kau mendengarkan  ceritaku ini dengan sabar?
Baiklah Yui, kisah ini dimulai ketika aku mulai memasuki kehidupan kampusku. Suasana baru dan adaptasi baru..
Aku menutup lmbaran lama ku tentang cinta pertamaku yang telah menjalin hubungan dengan orang lain, dan membuka lembaran baru untuk diisi dengan seseorang yang aku belum tahu siapa.
Kemudian aku mengenalnya, seseorang yang memberikan banyak perhatian kepadaku bahkan disaat kebanyakan orang lebih suka memberikan perhatian kepada sahabatku Mentari.
Aku jatuh cinta padanya. Dan sebagaimana layaknya seorang insan yang di anugerahi perasaan itu, aku ingin memilikinya.
Aku semakin dekat dengannya, tapi aku tetap memendam perasaan yang kupunya untuknya. Aku menjalani hari-hari bersama nya seolah-olah aku tak memiliki rasa apapun terhadapnya. Berpura-pura tetap menganggapnya kakak.
Tapi suatu hari, ia mengetahui perasaanku yang sebenarnya terhadap dirinya.
Ia sedikit menjauhiku, namun kemudian kami kembali dekat dan akhirnya dia mengutarakan bahwa ia memiliki perasaan yang sama denganku.
Dan kami berdua pun memutuskan untuk bersama.
Namun, sebulan setelah itu, aku merasa ada yang aneh, ia seperti sedang mengujiku.
Jarang sekali ia bersikap selayaknya seorang pria yang mencintai wanitanya.
Ia cenderung terlihat cuek dan selalu berprilaku buruk dihadapanku.
belakangan aku tahu, ternyata ia bersikap sperti itu karena ia ingin tahu apakah aku benar2 menyukainya atau tidak.
Sikap cuek yang ia munculkan saat itu, membuatku hampir putus dengannya.
Namun, ntah karena sikapku yang menerima ia secara apa adanya, atau karena ia hanya ingin mencoba utk berpacaran denganku, akhirnya kami berdua tetap bersama.
Sayangnya, setelah kejadian hampir putus itu, sikapnya tetap sama terhadapku. Cuek, keras kepala dan arogan. Aku bertanya dalam hati, apakah ia benar2 menyayangiku seperti aku menyayanginya?
Dan pertanyaan itu terjawab, aku mendengar semua itu langsung dari dirinya.
“Kemarin aku masih menghrapkan nya (mantan nya), tapi sekarang tidak lagi,. Lagipula ia sudah punya pacar sekarang.”
Jika selama ini kau masih mengharapkannya, jadi aku ini kau anggap apa? Dan sekarang ketika kau tahu ia sudah bersama orang lain, kau baru menghampiriku.. apakah aku ini seperti ban serap buatmu?
Tidak, aku tidak mengatakan hal itu kepadanya. Aku memilih diam dan tetap berdiri di sampingnya. (Aku seperti makhluk yang bodoh kan yui.. )
Aku tetap bersama dengan nya smpai suatu ketika aku mengetahui bahwa ia sedang dekat dengan seorang cewek yang ia akui sebagai adik angkatnya. Sudah hampir sebulan ia dekat dengan cewek itu, dan aku tidak mengetahuinya.
Aku berusaha menjauhkan perasaan negatifku terhadapnya, tapi entah mengapa aku tak lagi dapat menerima semua yang ia lakukan. Aku tak lagi mempercayainya, dan kuputuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan nya.

Secara status, aku memang tak lagi berpacaran dengannya, namun dalam kondisi yang sebenarnya, kami malah jauh lebih dekat ketika aku sudah tak lagi berstatus sebagai pacarnya.
Kami jadi lebih sering bertemu, lebih sering bertukar pikiran, bahkan banyak hal-hal romantic yang tak pernah kami lakukan sebelumnya. Contohnya, aku lebih sering berfoto berdua dengannya. Jalan ke mall, photo box, nonton dan makan di tempat yang sudah lama aku inginkan,. Hari-hariku dengan nya malah lebih terasa membahagiakan, satu hal yang aku tunggu adalah dimana ia mengungkapkan perasaannya kembali dan mengajakku kembali padanya.
Namun tak seindah yang aku bayangkan, ketika aku mulai menaruh kepercayaanku kembali padanya, ia malah menghancurkan kepercayaanku. Ternyata, setelah ia putus denganku, ia juga menjalin hubungan tanpa status dengan teman SMA nya. Memang tak ada salahnya dengan hal itu, bukankah kami sudah putus,.. tapi, aku dan dia lebih dari sekedar seorang mantan,. Banyak  sekali harapan-harapan yang ia berikan padaku. Aku bahkan mulai berfikir serius tentang hubungan kami. Aku malah berfikir untuk menjadi istrinya kelak.
Kecewa, aku benar-benar kecewa. Aku mulai mengubur satu persatu harapan dan perasaanku terhadapnya.
Aku mulai berfikir untuk tak lagi focus terhadapnya. Aku membuka lembaran baru lagi. Meniti jalanan yang baru untuk aku tempuh dengan kebahagiaan baru.
Dan mulai saat itu, aku mulai berujar kepada diriku sendiri. Sampai kapanpun aku tak akan pernah pacaran lagi. Kecuali setelah aku menikah.

Ditengah perjalananku dalam melupakannya, aku bertemu dengan seseorang yang mampu membuatku lebih cepat melupakannya. D….
Aku memang telah lama mengenal D, namun kami menjadi lebih dekat setelah aku iseng menanyakan kabar nya lewat sms. Walau begitu, aku tak bisa langsung menjauh dari mantanku itu. Terlalu banyak kenangan-kenangan manis yang aku buat dengan nya. Dan butuh waktu yang cukup lama untuk membuatku yakin bahwa perasaanku telah hilang terhadap mantanku itu.
Puncak nya adalah hari itu, hari dimana aku jujur kepada mantanku dan mengatakan aku sedang dekat dengan seseorang yang ku akui adalah D. Dan sekaligus hari dimana aku mengetahui bahwa mantanku telah jadian dengan orang lain. Bukan dengan si HTS-an nya yang ia bicarakan sebelumnya, melainkan dengan wanita lain lagi yang belum pernah kuketahui sebelumnya.
Entahlah, aku tak bisa menebak perasaanku saat itu. Antara kecewa, patah hati dan terhianati,. Tapi aku merasa saat itu aku lebih banyak menangis bukan karena ketiga hal itu, tapi karena penyesalanku akan kebodohanku selama ini. Mengapa aku tidak pergi dari dirinya lebih awal? Mengapa aku harus terlalu mempercayainya dan mengalami semua ini?
Disaat yang sama aku menyadari, ternyata selama ini, perasaanku telah hilang untuknya. Aku bahkan tidak perlu mengahabiskan banyak air mata karena kehilangan nya. Aku bersikap seolah hal ini memang akan terjadi dan aku telah siap dengan semua itu.
Di hari yang sama, aku dipertemukan kembali dengan D.
Kami mengatur waktu untuk ketemuan. Dia menjemputku sepulang kuliah di depan persimpangan jalan yang menuju kerumahku.
Kau tahu Yui, saat ia berjalan menghampiriku dan membantuku menyebrang jalan, aku melihat sebuah ketulusan yang terpancar dari mata dan sikapnya yang begitu melindungi.
Ntah ia memperhatikanku atau tidak, aku benar-benar terharu saat itu sampai2 mataku terasa pedih karena menahan air mata.
Aku seperti merasakan kembali ketulusan yang sama yang aku rasakan saat aku mengenal mantanku untuk pertama kalinya.
Hari itu aku seperti sedang bermimpi, aku merasa patah hati dan terharu di hari yang sama dengan dua orang yang berbeda.
***
Itu adalah awal dari kisahku dengan D Yui..
Pada waktu berikutnya, aku kembali bertemu dengannya. Kejadian yang sama terulang, ia membantuku menyebrang jalan. Hanya saja ada yang tak beres dengan jantungku. Aku merasa berdebar saat aku didekatnya, terlebih lagi ketika D bermaksud menggenggam tanganku namun tak jadi. Yang ia lakukan malah hanya menyentuh ujung jariku. J
Dan saat itu, aku merasa seperti terkena sengatan listrik berjuta-juta volt. Degup jantungku terasa lebih kencang. Dan aliran darahku mengalir lebih deras dari pada biasanya.
Apa aku mulai menyukainya??

Aku tak begitu mengubris perasaanku. Aku menutup perasaanku untuknya. Yang aku inginkan saat itu ialah tetap bersama nya tanpa ia harus menyadari bahwa aku menyukainya.
Kemudian secara tak di sangka, ia memberiku secercah harapan ketika ia menganggapku sebagai “adek ktemu besak”. Namun, aku kembali harus menghadapi kenyataan pengertian dari istilah itu adalah pengertian yang sebenarnya.

Disisi lain, aku masih tetap dekat dengan mantanku. Aku tak tahu mengapa aku tak bisa membiarkannya terlihat menyedihkan. Mantanku seperti sangat kehilangan aku. Ia sepertinya baru menyadari bahwa akulah cinta sejatinya. Aku kembali menjadi orang bodoh dan memberinya kesempatan untuk kembali bersamaku. Terlebih lagi ketika ia sakit dan menjadi orang yang terpuruk. Aku tak bisa membiarkannya menjadi orang yang selalu murung, padahal sebelumnya ia adalah orang yang periang.
Namun belakangan aku menyadari bahwa sikapku terhadap mantanku salah. Aku memberinya harapan hampa yang tak akan pernah bisa terwujud. Dan ketika aku menyadari hal itu, aku malah membuat mantanku lebih tersakiti lagi daripada sebelumnya.
***
Aku tidak begitu ingat bagaimana sampai hal itu terjadi. Aku hanya ingat, pada hari itu aku berkata kepada mantanku bahwa aku mungkin  sudah menyukai D. Tapi aku tak menegaskan kepadanya bahwa kami harus benar-benar berpisah.
Bahkan hari itu, aku masih sempat mengiriminya pesan singkat yang berisi tentang mengingatkannya untuk makan dan minum obat. Aku selipkan kata sayang disitu agar dia bisa lebih kuat karena memang ia sedang sakit.
Tapi entah dimana pikiranku saat itu, aku malah mengirimkan sms itu kepada D.. yah, karena memang aku sedang memikirkannya.
Entah mengapa aku merasa panic saat itu,. Aku putuskan untuk menjelaskan semua hal kepada D. Aku takut ia salah paham terhadapku dan menjauhiku. Padahal, sebenarnya apa yang harus aku jelaskan kepadanya. Aku dan D tidak dalam kondisi dimana kami harus menjelaskan apa2, karena aku dan dia tak mempunyai hubungan special.
Tapi tetap saja, aku melakukannya. Aku mengajaknya bertemu malam itu juga dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan mantanku. Dan akhirnya, aku tak bisa menahan emosiku untuk tidak mengungkapkan bahwa sebenarnya saat itu dialah yang aku suka.
Dan aku juga dikejutkan bahwa ternyata ia memiliki perasaan yang sama terhadapku.
Walau begitu, aku tetap memegang prinsipku untuk tidak berpacaran kecuali stelah aku mnikah. Untungnya ia mengerti dan sependapat denganku. Kami brdua malam itu hanya cukup saling mengetahui bahwa aku dan dia sama2 memiliki perasaan yang sama.
Dan mulai hari itu, aku melalui hari-hariku bersamanya.
***
Sesuatu yang rusak,. Walau diperbaiki sedemikian rupa tak akan pernah sama seperti baru.  Entah mengapa, walaupun aku sudah mendengar pernyataan langsung dari nya bahwa ia menyukaiku, aku tak bisa mempercayainya begitu saja. Aku pernah merasa tersakiti karena terlalu percaya akan kata-kata sayang yang terucap dari mulut seorang laki-laki, jadi ketika aku bersama D, aku sedikit lebih berhati-hati. Aku takut salah langkah dan akhirnya aku harus kecewa untuk yang kedua kalinya.
Aku menjaga perasaanku agar aku tak terlalu menyayanginya.
Aku bahkan mencoba untuk tdk begitu sering menghubunginya karena aku tak ingin semua ini jadi boomerang bagiku.
Terlebih lagi aku merasa khawatir, perasaanku ini sebenarnya bukanlah cinta melainkan kekaguman semata.
Sebisa mungkin, aku berusaha menjadi biasa walaupun D tak menghubungiku.  Sebisa mungkin aku berusaha untuk menahan rasa ingin tahuku tentangnya. Sebisa mungkin aku bersikap sok tidak butuh akan dirinya. Tapi, terkadang perasaan-perasaan itu tak bisa aku tahan dan aku biarkan mengalir.
Dan ketika aku tersadar  bahwa ternyata, semakin aku menahan semua rasa itu aku jadi semakin sayang dan semakin takut kehilangannya, Aku telah terlambat.
Aku terlanjur membuatnya kecewa. Aku terlanjur menyakiti perasaannya..

Ia melihat photo2 itu, photo2ku bersama mantanku. Photo-photo dimana aku dan mantanku terlihat begitu dekat. Photo2 yang akan membuat siapapun yang melihatnya akan berfikir macam-macam.
Ia melihat photo2 itu tak lama setelah keceriaan-keceriaan yang kami lalui sebelumnya.
Dan photo2 yang ia lihat, benar2 menyakitinya,.
Yui, apa yang harus aku lakukan??
mengapa aku baru menyadarinya sekarang??
Mengapa rasa takut akan kehilangan dirinya lebih besar dibandingkan saat aku merasa takut kehilangan mantanku?
Mengapa aku menjadi orang yang bodoh yang tak tahu dimana seharusnya aku menempatkan kepercayaan??
Mengapa aku memilih tetap dekat dengan mantanku sementara aku telah memilihnya??

ya Yui, aku tetap dekat dengan mantanku. Lagi2 rasa tidak tegaku mengalahkan akal sehatku. Mantanku sekarang sering sekali membolos dan tdak terlihat di kampus Yui,  bagaimana mungkin aku membiarkan semuanya terjadi tanpa aku perdulikan..
bagaimana pun juga, aku dan dia pernah menjadi kakak adik yang sangat dekat. Dan aku tak ingin kedekatan kami sebagai kakak-adik malah tergantikan dengan musuh atau bahkan orang yang saling tidak mengenal. Maka dari itu aku tetap membiarkan hubunganku dan mantanku sedekat biasanya sampai ia benar-benar merasa terbiasa tanpa diriku. Dan akhirnya dapat kembali menjadi seceria dulu.

Aku tahu aku slah Yui.. mantanku tak akan pernah bisa menjadi terbiasa tanpaku. Karena sebenarnya smpai sekarang ia tetap bersamaku walaupun ia tahu tak ada harapan lagi baginya dan diriku untuk kembali bersatu. Jika ada hal yang masih bisa kuperbaiki Yui, aku hanya akan menjauh dari mantanku. Walau sebenarnya aku dan mantanku tidak bisa dikatakan dekat, karena hanya bertemu sesekali dalam kondisi yang terkadang tak diinginkan.Tapi tetap saja, aku akan lebih menjauhinya.
 Yang kuinginkan sekarang adalah menghapus ingatan D ttg photo2 itu agar ia tak tersakiti.

Dan soal photo2 itu, aku memang telah berencana untuk memasukkannya kedalam CD dan memberikanya kepada mantanku termasuk beberapa barang yang ingin kukembalikan pada nya. Aku hanya ingin melakukan hal terbaik yang bisa aku lakukan agar D memaafkanku..
Mianhae Uri Devil..
Nan jongmal Dapeunnom..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar